We have just heard that it is very likely that the Astra Agro Lestari (AAL) concession in Tripa will close down! This was reported in a local news source (see below writen in Indonesian).
Apparently the article reveals that AAL is no longer in a position to endure the pressure from those "environmental NGOs". The spokesman laments about the tragedy that 700 plantation workers will loose their job. AAL still hopes for a win-win solution in dialogue with those environmental NGOs. Paneco and YEL (Foundation for a Sustainable Ecosystem), PanEco's partner NGO in Sumatra are identified as "such pressuring NGOs".
The statement from YEL's chairman, Sofyan Tan, is poignant.
"There's no win-win-solution! The Tripa concessions must simply get out, as they destroy an ecosystem unique in the world. Once Tripa is protected, funds will come to the government in Aceh. Just think of the immense carbon stock preserved in the peat".
We will keep you informed about any developments.
Serambi Online
PT SPS Nagan Raya Terancam DitutupMEDAN – Perseroan Terbatas (PT) Surya Panen Subur (SPS), anak perusahan PT AAL (Astra Agro Lestari), yang mengelola sekitar 2.500 hektare lahan sawit di Desa Pulo Kruet, Kecamatan Alue Bilie, Kabupaten Nagan Raya, terancam ditutup. Kepala Proyek PT SPS Ir Djoniadi kepada Serambi, Kamis (29/10) mengaku tak kuat lagi membantu sekitar 700 orang di lokasi itu. “Benar, kalau dulu sekitar 700 orang masyarakat yang ada di sekitar wilayah itu kehidupannya kami tanggung, namun sekarang hanya tinggal sekitar 400 orang saja, dan kemungkinan dalam waktu dekat ini seluruhnya akan di PHK,” katanya.
Dia mengatakan, jika perusahaan tidak beroperasi maka dampaknya sangat besar terhadap masyarakat sekitar. “Bayangkan saja, warung-warung yang di sekitar itu saja bisa memperoleh pendapatan ratusan juta rupiah per bulannya,” ujar Djoni. Terhadap akan berhenti beroperasi perusahaan, Djoni yang didampingi Comodity Development area Manager PT SPS, Ir Basyir Hasan mengaku karena tidak tahan terus-terusan dipresure beberapa LSM setempat.
Makanya sebelum perusahaan ini ditutup, mereka masih terus mencari solusi untuk duduk bersama dengan berbagai LSM. Saat ini sudah mengarah untuk duduk bersama memikirkan jalan keluar untuk menyelamatkan ratusan masyarakat yang ada di sekitar itu. PT SPS sebuah perusahaan sawit yang menerima yang menerima HGU dari Pemkab Nagan Raya sekitar 5.000 hektar dan selebihnya diambil alih dari PT Agra Patra Citra tahun 2007. Hingga hari ini kata Djoni sudah tak lagi melakukan kegiatan. “Kami saat ini cuma merawat sekitar 2.500 hektar lahan. Ini baru tergarap. Kami belum membuka lahan, masih memperbaiki lahan yang rusak, yang kami beli dari Agra Patra Citra,” tegasnya.
Dikatakan, di daerah tersebut bukan SPS saja yang beroperasi. Sejak 1920-an hingga sekarang sudah ada perusahaan lain yang beroperasi di Rawa Tripa tersebut. “Kini, ada masyarakat yang memiliki modal besar, membuka lahan kebun di Rawa Tripa, kenapa tak disorot,” ujar Djoni. Ia masih memberi harapan jika masih ada solusi dan kesepakatan yang baik. Lebih dari 700 masyarakat nantinya bisa mereka rekrut kembali. “Nantilah kita lihat ya, bagaimana jalan keluarnya,” ujarnya.
Sementara itu, Dr Sofyan Tan, salahseorang dari LSM yang ikut mempresure kegiatan PT SPS selama ini yang dihubungi terpisah menampik disebutkan LSM yang dipimpinnya Paneco “menggoyang” beroperasinya PT SPS. “Kami bukan menggoyang, kami ingin menyelamatkan hutan Aceh. Jika Pemkab setempat ingin uang, ya silahkan, tapi rasakan nanti bila terjadi lagi tsunami,” ujarnya. Bagi Sofyan Tan, tidak ada kata-kata solusi. Rawa Tripa, katanya harus diselamatkan, SPS harus hengkang dari situ. “Rawa Tripa itu, satu-satunya kawasan di dunia ini yang harus dijaga. Rawa itu memiliki kekayaan alam yang tak ada di daerah lain,” katanya.
Tentu ujar Sofyan Tan, dengan menjaga hutan, uang pasti akan masuk ke kas daerah. “Di rawa itu ada penyerapan karbon yang lebih tinggi, yang bisa dihasilkan pemkab setempat dan Pemprov Aceh. Lebih baik perusahaan itu ditutup saja,” ujarnya.(lau)